Senin, 15 Juni 2015

Khayalan Tingkat Tinggi

Waktu itu, aku dan teman-temanku pergi ke suatu tempat yang sangat indah, tempat yang jarang orang mengetahuinya. Tempat yang masih asri, pinggir-pinggir jalannya dipenuhi oleh pepohonan yang besar. Sehingga saat berjalan terasa sangat teduh dan rindang.
Sekitar setengah jam perjalanan, tiba-tiba hujan besar turun mengguyur seluruh tubuh kami. Tidak seperti orang lainnya yang mencari tempat untuk berteduh, tapi kami malah main hujan, saling kejar-kejaran di tengah derasnya hujan. Saat aku berlari di kejar sama Ratna salah satu temanku yang paling jail, tiba-tiba aku menabrak orang dari belakang, orang yang buru-buru mencari tempat untuk berteduh. Seorang pemuda yang berparas rupawan, seorang pemuda yang tidak asing bagiku, seorang pemuda yang aku kagumi sedari aku masih SD. Angga, ya namanya Angga, yang orangnya pintar, rajin ke masjid, rapi, perfect untukku. (mmmm, gue malu ngakuinnya. Tapi inilah yang sebenarnya).
“dasar anak kecil!!!” suaranya menyentak mebuatku kaget setengah mati. (ternyata hatinya tidak seindah rupawan wajahnya. Galak!!!).
“eh kocet. Malah bengong!!! Minta maaf kek, sujud-sujud kek, apa kek?!!!” suaranya makin keras membentakku. Tapi aku tidak mempedulikannya, aku berlari meninggalkannya tanpa sepatah dua patah kata. Dia melotot, dan kelihatan sangat marah.
“dasar anak kecil!!! Udah salah, malah kabur lagi!!! Awas kalo aku liat muka kamu lagi!!!” teriaknya kepadaku. Syukurnya saat itu sedang hujan besar, jadi tidak ada orang yang tau kalau aku menangis gara-gara pangeran galak itu. (iiihhh, dasar pangeran galak. Beda banget sama wajahnya yang tampan, tampan beud (banget) malahan. Tapi hatinya kalah-kalah raksasa yang sering aku tonton di TV. Nyebeliiin). Dalam lamun dan tangisku, teman-temanku datang menghampiriku. Mereka tidak tau kalau aku sedang menangis, mereka hanya menanyakan pangeran galak itu. (lu kira gue neneknya apa?).
Disela-sela percakapan kami, tiba-tiba
“eeehhh, koceeettt… sini kamu” kata si pangeran galak sambil menarik-narik tanganku. Aku berusaha melepas jeratannya dari tanganku, tapi jeratannya semakin keras dan keras.
“waaahhh, si Anha. Asyik banget idupnya ditarik-tarik sama cowok setampan itu” kata Nurma temanku. “pengeeen” kata Yanti temanku juga.
“lu kira lu doang pada mau, gue juga kali” saut si Ratna.
Pangeran galak mengabaikan kata teman-temanku yang mengagumi ketampanannya. Aku lihat sepertinya itu sudah biasa baginya. Dia membawaku pergi dengan cara yang sangat tidak terhormat, menyeretku seperti ayam yang sudah dipenggal kepalanya, menarikku seperti kambing yang takut kena air.
Seperti drama-drama yang sering aku tonton, aku menarik-narik tanganku dan bilang “lepaskan. Lepaskan aku”. (gilaaa, gue kayak main film rhoma irama aja yang istrinya diseret penjahat terus bilang “lepaskan. Lepaskan aku” rhoma irama datang deh nyelametin istrinya. Tapi gue berharap gak diselametin siapa-siapa, biar lebih lama sama si pangeran. Hmmm, meskipun galak dan nyebelin).
Dari kejauhan aku melihat teman-temanku mengejar kami, sambil teriak-teriak memanggilku. Ternyata baru aku sadari kalau teman-temanku sayang sama aku. Pangeran galak berhenti dan membalikkan badannya dan menunggu mereka datang.
Sesampainya “Nha lu fotoin kami bareng ama si tampan itu ya?” (acriiit, gue kira mereka mau nyelametin gue, tau-taunya Cuma minta tolong gue jadi fotograper mereka buat fotoin mereka sama pangeran galak. Udah gue puji-puji mereka. Dasar)
“hey, ayo Nha. Malah bengong lu” kata si Ratna. (wani piro lu pada?), sambil kesel aku fotoin mereka dengan asal-asalan tanpa aku perhatikan hasilnya bagus atau tidak, entah itu yang kena muka atau kakinya ataupun apalah itu. Selesai fotoin mereka, aku kasih mereka kameranya dan aku baru ingat kalau aku sedang ada dalam tawanan si pangeran galak, lalu aku berlari meninggalkan mereka, niat di hati untuk kabur dari si pangeran galak. Kemudian pangeran galak mengejarku, aku berlari dan terus berlari di tengah derasnya hujan. Sesekali aku menoleh ke belakang, dia masih tetap mengejarku. (asyiiikkk, kejar kejaran sama pangeran ganteng tapi galak di tengah derasnya hujan. Sumpah ya, ini kayak film india tum hi ho aja)
Setelah berlari jauh aku menoleh ke belakang lagi, bayangan yang mengejar-ngejarku sudah tidak ada. Aku mengelus dada dan membaringkan badanku di atas tanah sambil menutup mata.
“kamu capek cet?”
“haaaaahhh!!!” teriakku terkejut. Si pangeran galak sudah berbaring di sampingku, sambil menutup matanya pula dan menggenggam erat tanganku. Aku menarik-narik tanganku, tapi genggamannya semakin erat. Jantungku tidak bersahabat saat itu, berdebar kencang.
“apaan siiih?!!! Lepasin gak? Kalo gak akuuu…”
“aku apa? Mau teriak? Teriak aja, gak ada orang yang bakalan denger” katanya memotong pembicaraanku.
“aku akan lepasin kamu dengan satu syarat” katanya lagi.
Aku hanya menatapnya, berharap dia melanjutkan pembicaraannya, memberitahuku syarat apa yang dia inginkan. Kemudian dia membuka matanya, membalas tatapanku. (gilaaa, tatapannya bikin gue salting. Tatapannya beda banget kali ini. PD kedik)
“kamu harus jadi kekasihku”
“apaaa? Gila. Gila. Tidak. Tidak. Lu kira gue kayak cewek yang lain yang inginkan lu. Haaahh? Ogah gue” saut dengan berat hati, yang sebenaranya sih mau, tapi jual mahal lah.
“ya udah kalo gak mau” jawabnya dengan santai. (resek, gueh gak dipaksa lagi. Nyesel gue bilang gak tadi). “ya udah” jawabku.
“lepasin dong ni tanganku” kataku.
“enak aja. Syaratnya tidak kamu penuhi cet, gimana bisa aku lepasin. Ya kamu harus terima kalo aku gak bakalan lepasin genggaman tanganku” jawabnya. (asyiiik. Ada harapan ni).
“hmmmmm…” aku menghela nafas.
“hmmm apa? Udah deh kamu ndak usah jual mahal, aku tau kamu suka sama aku dari dulu kan? Aku punya bukti” katanya lagi.
Aku hanya diam, takut buktinya itu akan membuatku sangat malu. Aku bertanya-tanya dalam hati bukti apa yang dia miliki, karena selama ini aku hanya mengaguminya melalui tatapan aja tidak ada hal lain seperti aku menyimpan fotonya atau… (astaga, gue baru ingat kalo dulu pas gue masih kelas 3 SD gue nulis Angga + Anha di lembaran. Tapi gara gara gue kesel ngeliat dia jalan sama seorang cewek seusia dia yang saat itu dia kelas 1 SMP, jadi gueh buang deh lembaran itu di belakang dia berdiri sama tu cewek. Jangan-jangaaan…)
“nih” dia menyodorkan sebuah lembaran berbentuk love yang bersih, rapi, dan dihiasi oleh pita biru. (gilaaa, apaan nih? Hadiah?). aku mebukanya dengan perlahan. Buset dah, ternyata apa yang ada dalam fikiranku kini nyata di hadapanku. Aku menutup muka dengan tanganku, ingin rasanya aku menangis karena merasa sangat malu.
Genggaman tangannya masih belum dia lepaskan. Dia membuka tutupan wajahku, dia menatapku terasa dengan tatapan yang penuh dengan cinta, terlihat dari binar bening bola matanya.
“seharusnya dulu kamu nanya dulu siapa wanita itu, baru kamu buang lembaran ini kalo kamu dah tau jawabannya. Tapi aku yakin kalo kamu tau wanita itu keponakanku kamu gak akan membuang lembaran ini” katanya yang sedikit menenangkanku. (disamber petir kali ni orang, kok tiba-tiba jadi baik gini. Tadi aja galak banget)
“kamu tau? Aku memperhatikan kamu sejak kamu masih TK…”
“haaahhh?” kataku terkejut.
“biasa aja kali, gak usah lebay” jawabnya.
Dia semakin meyakinkanku bahwa dia mengagumiku sejak aku masih TK. (abooo, anak-anak banget seleranya). Dia lagi dan lagi memintaku untuk menjadi kekasihnya. Karena aku juga suka sama dia, jadi… aku mau deehhh
“heeeh… malah melamun lagi ni anak kecil” suaranya mengejutkanku.
“haaahhh” kataku terkejut. (apeeesss, ternyata tadi gue cuman ngayal doang to. Huuuhhh. www . ngarep . com nih gueh
“hah heh. Hah heh aja lu dari tadi. Ayo minta maaf lu. Udah salah mau coba-coba kabur lagi” kata si pangeran galak yang baru aja gue khayahlin.
“ya udah deh ya, gue minta maaf” kataku. Ngayalku terlalu jauh. Lalu aku berlalu dari si pangeran galak itu. Aku dan teman-temanku pulang deh, pulang dengan hati yang hampa, tidak mendapatkan apa-apa. Hanya mendapatkan bayangan pangeran doang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar