Definisi Dan Dasar Pengambilan Keputusan.
Definisi Pengambilan Keputusan
Keputusan adalah
hasil pemecahan masalah yang dihadapinya dengan tegas. Hal ini berkaitan dengan
jawaban atas pertanyaan-pertanyaan tentang
apa yang harus dilakukan dan mengenai unsur-unsur perencanaan. Dapat
juga dikatakan bahwa keputusan itu sesungguhnya merupakan hasil proses
pemikiran yang berupa pemilihan satu diantara beberapa alternatif yang dapat
digunakan untuk memecahkan masalah yang dihadapinya.
Keputusan itu sendiri
merupakan unsur kegiatan yang sangat penting. Jiwa kepemimpinan seseorang itu
dapat diketahui dari kemampuan mengatasi masalah dan mengambil keputusan yang
tepat. Keputusan yang tepat adalah keputusan yang berbobot dan dapat diterima
bawahan. Ini biasanya merupakan keseimbangan antara disiplin yang harus
ditegakkan dan sikap manusiawi terhadap bawahan. Keputusan yang demikian ini
juga dinamakan keputusan yang mendasarkan diri pada relasi sesama.
Kemudian terdapat definisi menurut para
ahli, antara lain :
·
Menurut
George R. Terry :
pengambilan keputusan adalah pemilihan
alternatif perilaku (kelakuan) tertentu dari dua atau lebih alternatif yang
ada.
·
Menurut
Sondang P. Siagian :
pengambilan keputusan adalah suatu
pendekatan yang sistematis terhadap hakikat alternatif yang dihadapi dan
mengambil tindakan yang menurut perhitungan merupakan tindakan yang paling
cepat.
·
Menurut
James A. F. Stoner :
pengambilan keputusan adalah proses
yang digunakan untuk memilih suatu tindakan sebagai cara pemecahan masalah.
Dari definisi
pengambilan keputusan diatas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa keputusan itu
diambil dengan sengaja, tidak secara kebetulan, dan tidak boleh sembarangan.
Pengambilan keputusan itu sendiri suatu cara yang digunakan untuk
memberikan suatu pendapat yang dapat menyelesaikan suatu masalah dengan cara /
teknik tertentu agar dapat lebih diterima oleh semua pihak. Masalahnya telebih
dahulu harus diketahui dan dirumuskan dengan jelas, sedangkan pemecahannya
harus didasarkan pemilihan alternatif terbaik dari alternatif yang
ada.
Dasar
Pengambilan Keputusan :
Menurut
George R. Terry, dasar-dasar pengambilan keputusan adalah :
1. Intuisi :
Suatu proses bawah sadar/tdk sadar yang timbul atau tercipta akibat
pengalaman yang terseleksi. Pengambilan keputusan yang berdasarkan atas intusi
atau perasaan memiliki sifat subjektif, sehingga mudah terkena pengaruh.
A. Segi positif
dalam pengambilan keputusan berdasarkan intusi adalah :
·
Waktu yang digunakan untuk mengambil keputusan relatif
lebih pendek.
·
Untuk masalah yang pengaruhnya terbatas, pengambilan
keputusan akan memberikan kepuasan pada umumnya.
·
Keampuan mengambil keputusan dari peng-ambil keputusan
itu sangat berperan, dan itu perlu dimanfaatkan dengan baik.
B. Segi negatif
dalam pengambilan keputusan berdasarkan intusi adalah :
·
Keputusan yang dihasilkan relatif kurang baik.
·
Sulit mencari alat pembandingnya, sehingga sulit
diukur kebenaran dan keabsahannya.
·
Dasar-dasar lain dalam pengambilan keputusan
seringkali diabaikan.
·
Pengalaman
2. Pengalaman :
Pengambilan keputusan berdasarkan pengalaman memiliki manfaat bagi
pengetahuan praktis. Karena pengalaman
seseorang dapat mempekira-kan keadaan sesuatu, dapat memperhitungkan untung
ruginya, baik-buruknya keputusan yang akan dihasilkan. Karena pengalaman, seseorang yang menduga masalahnya
walaupun hanya dengan melihat sepintas saja mungkin sudah dapat menduga cara
penyelesaiannya.
3. Fakta :
Pengambilan keputusan berdasarkan fakta dapat memberikan keputusan yang
sehat, solid, dan baik. Dengan fakta,
maka tingkat kepercayaan terhadap pengambilan keputusan dapat lebih tinggi,
sehingga orang dpt menerima keputusan-keputusan yang dapat dibuat dengan rela
dan lapang dada.
4. Wewenang :
Pengambilan keputusan berdasarkan wewenang biasanya dilakukan oleh
pim-pinan terhadap bawahannya atau orang yang lebih tinggi kedudukannya kepada
orang lebih rendah kedudukannya.
Pengambilan keputusan berdasarkan we-wenang juga memiliki beberapa
kelebihan dan kelemahan.
A. Segi positif
dalam pengambilan keputusan berdasarkan wewenang adalah :
·
Kebanyakan penerimanya adalah bawahan, terlepas apakah
penerimaan tsb secara su-karela ataukah terpaksa.
·
Keputusannya dapat dapat bertahan dalam jangka waktu
yg cukup lama.
·
Memiliki otentisitas (otentik).
B. Segi negatif
dalam pengambilan keputusan berdasarkan wewenang adalah :
·
Dapat menimbulkan sifat rutinitas.
·
Mengasosiakan dengan praktek dictatorial.
·
Sering melewati permasalahan yg seharus-nya dipecahkan
sehingga dapat menimbul-kan kekaburan.
5. Rasional :
Pada pengambilan keputusan yg berdasar-kan rasional, keputusan yg dihasilkan
ber-sifat objektif, logis, lebih transparan, kon-sisten untuk memaksimumkan
hasil atau nilai dalam batas kendala tertentu, shg dpt dikatakan mendekati
kebenaran atau se-suai dgn apa yg diinginkan.
Ada beberapa hal yg harus diperhatikan dalam pengambilan keputusan secara
rasional :
a. Kejelasan
masalah.
b. Orientasi
tujuan.
c. Pengetahuan
alternative.
d. Preferensi yang
jelas.
e. Hasil maksimal.
SUMBER :
http://www.mdp.ac.id/materi/2010-2011-2/SI348/052103/SI348-052103-772-3.ppt
Jenis Jenis Keputusan Dalam organisasi
Ada beberapa jenis keputusan yang digunakan dalam setiap pemecahan masalah antara lain :
Definisi Keputusan menurut para ahli
Menurut James A.F. Stoner, keputusan adalah pemilihan di antara berbagai alternatif. Definisi ini mengandung tiga pengertian, yaitu: (1) ada pilihan atas dasar logika atau pertimbangan; (2) ada beberapa alternatif yang harus dipilih salah satu yang terbaik; dan (3) ada tujuan yang ingin dicapai dan keputusan itu makin mendekatkan pada tujuan tersebut.
Pengertian keputusan yang lain dikemukakan oleh Prajudi Atmosudirjo bahwa keputusan adalah suatu pengakhiran daripada proses pemikiran tentang suatu masalah dengan menjatuhkan pilihan pada suatu alternatif.
Definisi Pengambilan keputusan menurut para ahli
Menurut George R. Terry pengambilan keputusan adalah pemilihan alternatif perilaku (kelakuan) tertentu dari dua atau lebih alternatif yang ada.
Kemudian, menurut Sondang P. Siagian pengambilan keputusan adalah suatu pendekatan yang sistematis terhadap hakikat alternatif yang dihadapi dan mengambil tindakan yang menurut perhitungan merupakan tindakan yang paling cepat.
Selanjutnya, menurut James A. F. Stoner pengambilan keputusan adalah proses yang digunakan untuk memilih suatu tindakan sebagai cara pemecahan masalah.
Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa pengambilan keputusan itu adalah suatu cara yang digunakan untuk memberikan suatu pendapat yang dapat menyelesaikan suatu masalah dengan cara / tehnik tertentu agar dapat lebih diterima oleh semua pihak.
Jenis-jenis pengambilan keputusan
1. Pengambilan Keputusan Berdasarkan Intuisi
Keputusan yang diambil berdasarkan intuisi atau perasaan lebih bersifat subjektif yaitu mudah terkena sugesti, pengaruh luar, dan faktor kejiwaan lain. Sifat subjektif dari keputusuan intuitif ini terdapat beberapa keuntungan, yaitu :
1. Pengambilan keputusan oleh satu pihak sehingga mudah untuk memutuskan.
2. Keputusan intuitif lebih tepat untuk masalah-masalah yang bersifat kemanusiaan.
2. Pengambilan Keputusan Rasional
Keputusan yang bersifat rasional berkaitan dengan daya guna. Masalah – masalah yang dihadapi merupakan masalah yang memerlukan pemecahan rasional. Keputusan yang dibuat berdasarkan pertimbangan rasional lebih bersifat objektif. Dalam masyarakat, keputusan yang rasional dapat diukur apabila kepuasan optimal masyarakat dapat terlaksana dalam batas-batas nilai masyarakat yang di akui saat itu.
3. Pengambilan Keputusan Berdasarkan Fakta
Ada yang berpendapat bahwa sebaiknya pengambilan keputusan didukung oleh sejumlah fakta yang memadai. Sebenarnya istilah fakta perlu dikaitkan dengan istilah data dan informasi. Kumpulan fakta yang telah dikelompokkan secara sistematis dinamakan data. Sedangkan informasi adalah hasil pengolahan dari data. Dengan demikinan, data harus diolah lebih dulu menjadi informasi yang kemudian dijadikan dasar pengambilan keputusan.
4. Pengambilan Keputusan Berdasarkan Pengalaman
Sering kali terjadi bahwa sebelum mengambil keputusan, pimpinan mengingat-ingat apakah kasus seperti ini sebelumnya pernah terjadi. Pengingatan semacam itu biasanya ditelusuri melalui arsip-arsip penhambilan keputusan yang berupa dokumentasi pengalaman-pengalaman masa lampau. Jika ternyata permasalahan tersebut pernah terjadi sebelumnya, maka pimpinan tinggal melihat apakah permasalahan tersebut sama atau tidak dengan situasi dan kondisi saat ini. Jika masih sama kemudian dapat menerapkan cara yang sebelumnya itu untuk mengatasi masalah yang timbul.
5. Pengambilan Keputusan Berdasarkan Wewenang
Banyak sekali keputusan yang diambil karena wewenang(authority) yang dimiliki. Setiap orang yang menjadi pimpinan organisasi mempunyai tugas dan wewenang untuk mengambil keputusan dalam rangka menjalankan kegiatan demi tercapainya tujuan organisasi yang efektif dan efisien.
Keputusan yang berdasarkan wewenang memiliki beberapa keuntungan. Keuntungan-keuntungan tersebut antara lain :
banyak diterimanya oleh bawahan, memiliki otentisitas (otentik), dan juga karena didasari wewenang yang resmi maka akan lebih permanent sifatnya.
Keputusan yang berdasarkan pada wewenang semata maka akan menimbulkan sifat rutin dan mengasosiasikan dengan praktik dictatorial. Keputusan berdasarkan wewenang kadangkala oleh pembuat keputusan sering melewati permasahan yang seharusnya dipecahkan justru menjadi kabur atau kurang jelas.
Bentuk-bentuk atau jenis-jenis Keputusan
Keputusan Terprogram
Merupakan keputusan yang berulang dan telah ditentukan sebelumnya, dalam keputusan terprogram prosedur dapat digunakan untuk menyelesaikan permasalahan yang dialami organisasi. Keputusan terprogram memiliki struktur yang baik karena pada umumnya kriteria bagaimana suatu kinerja diukur sudah jelas, informasi mengenai kinerja saat ini tersedia dengan baik, terdapat banyak alternatif keputusan, dan tingkat kepastian relatif yang tinggi. Tingkat kepastian relatif adalah perbandingan tingkat keberberhasilan antara 2 alternatif atau lebih. Contoh keputusan terprogram adalah, aturan umum penetapan harga pada industri rumah makan dimana makanan akan diberi harga hingga 3 kali lipat dari direct cost.
Keputusan Tidak Terprogram
Keputusan ini belum ditetapkan sebelumnya dan pada keputusan tidak terprogram tidak ada prosedur baku yang dapat digunakan untuk menyelesaikan permasalahan. Keputusan ini dilakukan ketika organisasi menemui masalah yang belum pernah mereka alami sebelumnya, sehingga organisasi tidak dapat memutuskan bagaimana merespon permasalahan tersebut, sehingga terdapat ketidakpastian apakah solusi yang diputuskan dapat menyelesaikan permasalahan atau tidak, akibatnya keputusan tidak terprogram menghasilkan lebih sedikit alternatif keputusan dibandingkan dengan keputusan terprogram selain itu tingginya kompleksitas dan ketidakpastian keputusan tidak terprogram pada umumnya melibatkan perencanaan strategik.
Contoh:
Dalam suatu perusahaan jika kita mendapatkan suatu masalah maka, kita dalam mengambil sebuah keputusan untuk menyelesaikannya kita tidak boleh terburu-buru karena dapat menyebabkan kita mengambil atau memilih keputusan yang salah dan bahkan dapat membuat masalah semakin sulit. Oleh karena itu kita harus mempertimbangkan dengan baik dengan cara mencari informasi, memahaminya dengan baik, dan mendiskusikan keputusan kita dengan orang-orang yang ikut dalam perusahaan itu, agar keputusan yang kita ambil dapat diterima dengan baik dan dapat memecahkan masalah yang ada.
Sumber : http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2010/05/16/pengambilan-keputusan/
liyantanto.files.wordpress.com/2009/09/spk2.ppt
Definisi Keputusan menurut para ahli
Menurut James A.F. Stoner, keputusan adalah pemilihan di antara berbagai alternatif. Definisi ini mengandung tiga pengertian, yaitu: (1) ada pilihan atas dasar logika atau pertimbangan; (2) ada beberapa alternatif yang harus dipilih salah satu yang terbaik; dan (3) ada tujuan yang ingin dicapai dan keputusan itu makin mendekatkan pada tujuan tersebut.
Pengertian keputusan yang lain dikemukakan oleh Prajudi Atmosudirjo bahwa keputusan adalah suatu pengakhiran daripada proses pemikiran tentang suatu masalah dengan menjatuhkan pilihan pada suatu alternatif.
Definisi Pengambilan keputusan menurut para ahli
Menurut George R. Terry pengambilan keputusan adalah pemilihan alternatif perilaku (kelakuan) tertentu dari dua atau lebih alternatif yang ada.
Kemudian, menurut Sondang P. Siagian pengambilan keputusan adalah suatu pendekatan yang sistematis terhadap hakikat alternatif yang dihadapi dan mengambil tindakan yang menurut perhitungan merupakan tindakan yang paling cepat.
Selanjutnya, menurut James A. F. Stoner pengambilan keputusan adalah proses yang digunakan untuk memilih suatu tindakan sebagai cara pemecahan masalah.
Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa pengambilan keputusan itu adalah suatu cara yang digunakan untuk memberikan suatu pendapat yang dapat menyelesaikan suatu masalah dengan cara / tehnik tertentu agar dapat lebih diterima oleh semua pihak.
Jenis-jenis pengambilan keputusan
1. Pengambilan Keputusan Berdasarkan Intuisi
Keputusan yang diambil berdasarkan intuisi atau perasaan lebih bersifat subjektif yaitu mudah terkena sugesti, pengaruh luar, dan faktor kejiwaan lain. Sifat subjektif dari keputusuan intuitif ini terdapat beberapa keuntungan, yaitu :
1. Pengambilan keputusan oleh satu pihak sehingga mudah untuk memutuskan.
2. Keputusan intuitif lebih tepat untuk masalah-masalah yang bersifat kemanusiaan.
2. Pengambilan Keputusan Rasional
Keputusan yang bersifat rasional berkaitan dengan daya guna. Masalah – masalah yang dihadapi merupakan masalah yang memerlukan pemecahan rasional. Keputusan yang dibuat berdasarkan pertimbangan rasional lebih bersifat objektif. Dalam masyarakat, keputusan yang rasional dapat diukur apabila kepuasan optimal masyarakat dapat terlaksana dalam batas-batas nilai masyarakat yang di akui saat itu.
3. Pengambilan Keputusan Berdasarkan Fakta
Ada yang berpendapat bahwa sebaiknya pengambilan keputusan didukung oleh sejumlah fakta yang memadai. Sebenarnya istilah fakta perlu dikaitkan dengan istilah data dan informasi. Kumpulan fakta yang telah dikelompokkan secara sistematis dinamakan data. Sedangkan informasi adalah hasil pengolahan dari data. Dengan demikinan, data harus diolah lebih dulu menjadi informasi yang kemudian dijadikan dasar pengambilan keputusan.
4. Pengambilan Keputusan Berdasarkan Pengalaman
Sering kali terjadi bahwa sebelum mengambil keputusan, pimpinan mengingat-ingat apakah kasus seperti ini sebelumnya pernah terjadi. Pengingatan semacam itu biasanya ditelusuri melalui arsip-arsip penhambilan keputusan yang berupa dokumentasi pengalaman-pengalaman masa lampau. Jika ternyata permasalahan tersebut pernah terjadi sebelumnya, maka pimpinan tinggal melihat apakah permasalahan tersebut sama atau tidak dengan situasi dan kondisi saat ini. Jika masih sama kemudian dapat menerapkan cara yang sebelumnya itu untuk mengatasi masalah yang timbul.
5. Pengambilan Keputusan Berdasarkan Wewenang
Banyak sekali keputusan yang diambil karena wewenang(authority) yang dimiliki. Setiap orang yang menjadi pimpinan organisasi mempunyai tugas dan wewenang untuk mengambil keputusan dalam rangka menjalankan kegiatan demi tercapainya tujuan organisasi yang efektif dan efisien.
Keputusan yang berdasarkan wewenang memiliki beberapa keuntungan. Keuntungan-keuntungan tersebut antara lain :
banyak diterimanya oleh bawahan, memiliki otentisitas (otentik), dan juga karena didasari wewenang yang resmi maka akan lebih permanent sifatnya.
Keputusan yang berdasarkan pada wewenang semata maka akan menimbulkan sifat rutin dan mengasosiasikan dengan praktik dictatorial. Keputusan berdasarkan wewenang kadangkala oleh pembuat keputusan sering melewati permasahan yang seharusnya dipecahkan justru menjadi kabur atau kurang jelas.
Bentuk-bentuk atau jenis-jenis Keputusan
Keputusan Terprogram
Merupakan keputusan yang berulang dan telah ditentukan sebelumnya, dalam keputusan terprogram prosedur dapat digunakan untuk menyelesaikan permasalahan yang dialami organisasi. Keputusan terprogram memiliki struktur yang baik karena pada umumnya kriteria bagaimana suatu kinerja diukur sudah jelas, informasi mengenai kinerja saat ini tersedia dengan baik, terdapat banyak alternatif keputusan, dan tingkat kepastian relatif yang tinggi. Tingkat kepastian relatif adalah perbandingan tingkat keberberhasilan antara 2 alternatif atau lebih. Contoh keputusan terprogram adalah, aturan umum penetapan harga pada industri rumah makan dimana makanan akan diberi harga hingga 3 kali lipat dari direct cost.
Keputusan Tidak Terprogram
Keputusan ini belum ditetapkan sebelumnya dan pada keputusan tidak terprogram tidak ada prosedur baku yang dapat digunakan untuk menyelesaikan permasalahan. Keputusan ini dilakukan ketika organisasi menemui masalah yang belum pernah mereka alami sebelumnya, sehingga organisasi tidak dapat memutuskan bagaimana merespon permasalahan tersebut, sehingga terdapat ketidakpastian apakah solusi yang diputuskan dapat menyelesaikan permasalahan atau tidak, akibatnya keputusan tidak terprogram menghasilkan lebih sedikit alternatif keputusan dibandingkan dengan keputusan terprogram selain itu tingginya kompleksitas dan ketidakpastian keputusan tidak terprogram pada umumnya melibatkan perencanaan strategik.
Contoh:
Dalam suatu perusahaan jika kita mendapatkan suatu masalah maka, kita dalam mengambil sebuah keputusan untuk menyelesaikannya kita tidak boleh terburu-buru karena dapat menyebabkan kita mengambil atau memilih keputusan yang salah dan bahkan dapat membuat masalah semakin sulit. Oleh karena itu kita harus mempertimbangkan dengan baik dengan cara mencari informasi, memahaminya dengan baik, dan mendiskusikan keputusan kita dengan orang-orang yang ikut dalam perusahaan itu, agar keputusan yang kita ambil dapat diterima dengan baik dan dapat memecahkan masalah yang ada.
Sumber : http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2010/05/16/pengambilan-keputusan/
liyantanto.files.wordpress.com/2009/09/spk2.ppt
http://asrielpangloli.blogspot.com/2012/05/jenis-jenis-keputusan.html
Faktor Faktro Yang Mempengaruhi Pengambilan Keputusan
Faktor Faktro Yang Mempengaruhi Pengambilan Keputusan
Menurut Terry (1989) faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam mengambil keputusan sebagai berikut:
- hal-hal yang berwujud maupun tidak berwujud, yang emosional maupun rasional perlu diperhitungkan dalam pengambilan keputusan;
- setiap keputusan nantinya harus dapat dijadikan bahan untuk mencapai tujuan organisasi;
- setiap keputusan janganlah berorientasi pada kepentingan pribadi, perhatikan kepentingan orang lain;
- jarang sekali ada 1 pilihan yang memuaskan;
- pengambilan keputusan merupakan tindakan mental. Dari tindakan mental ini kemudian harus diubah menjadi tindakan fisik;
- pengambilan keputusan yang efektif membutuhkan waktu yang cukup lama;
- diperlukan pengambilan keputusan yang praktis untuk mendapatkan hasil yang baik;
- setiap keputusan hendaknya dikembangkan, agar dapat diketahui apakah keputusan yang diambil itu betul; dan
- setiap keputusan itu merupakan tindakan permulaan dari serangkaian kegiatan berikutnya.
Kemudian terdapat enam faktor lain yang juga ikut mempengaruhi pengambilan keputusan.
1. Fisik
Didasarkan
pada rasa yang dialami pada tubuh, seperti rasa tidak nyaman, atau
kenikmatan. Ada kecenderungan menghindari tingkah laku yang menimbulkan
rasa tidak senang, sebaliknya memilih tingkah laku yang memberikan
kesenangan.
2. Emosional
Didasarkan pada perasaan atau sikap. Orang akan bereaksi pada suatu situasi secara subjective.
3. Rasional
Didasarkan pada pengetahuan orang-orang mendapatkan informasi, memahami situasi dan berbagai konsekuensinya.
4. Praktikal
Didasarkan
pada keterampilan individual dan kemampuan melaksanakan. Seseorang akan
menilai potensi diri dan kepercayaan dirinya melalui kemampuanya dalam
bertindak.
5. Interpersonal
Didasarkan pada pengaruh jaringan sosial yang ada. Hubungan antar satu orang keorang lainnya dapat mempengaruhi tindakan individual.
6. Struktural
Didasarkan pada lingkup sosial, ekonomi dan politik. Lingkungan mungkin memberikan hasil yang mendukung atau mengkritik suatu tingkah laku tertentu.
Selanjutnya, John D.Miller
dalam Imam Murtono (2009) menjelaskan faktor-faktor yang berpengaruh
dalam pengambilan keputusan adalah: jenis kelamin pria atau wanita,
peranan pengambilan keputusan, dan keterbatasan kemampuan.
Dalam
pengambilan suatu keputusan individu dipengaruhi oleh tiga faktor utama
yaitu nilai individu, kepribadian, dan kecenderungan dalam pengambilan
resiko.
Pertama,
nilai individu pengambil keputusan merupakan keyakinan dasar yang
digunakan seseorang jika ia dihadapkan pada permasalahan dan harus
mengambil suatu keputusan. Nilai-nilai ini telah tertanam sejak kecil
melalui suatu proses belajar dari lingkungan keluarga dan masyarakat.
Dalam banyak keadaan individu bahkan tidak berfikir untuk menyusun atau
menilai keburukan dan lebih ditarik oleh kesempatan untuk menang.
Kedua,
kepribadian. Keputusan yang diambil seseorang juga dipengaruhi oleh
faktor psikologis seperti kepribadian. Dua variabel utama kepribadian
yang berpengaruh terhadap keputusan yang dibuat, seperti ideologi versus
kekuasaan dan emosional versus obyektivitas. Beberapa pengambil
keputusan memiliki suatu orientasi ideologi tertentu yang berarti
keputusan dipengaruhi oleh suatu filosofi atau suatu perangkat prinsip
tertentu. Sementara itu pengambil keputusan atau orang lain mendasarkan
keputusannya pada suatu yang secara politis akan meningkatkan
kekuasaannya secara pribadi.
Ketiga,
kecenderungan terhadap pengambilan resiko. Untuk meningkatkan kecakapan
dalam membuat keputusan, perawat harus membedakan situasi
ketidakpastian dari situasi resiko, karena keputusan yang berbeda
dibutuhkan dalam kedua situasi tersebut. Ketidakpastian adalah kurangnya
pengetahuan hasil tindakan, sedangkan resiko adalah kurangnya kendali
atas hasil tindakan dan menganggap bahwa si pengambil keputusan memiliki
pengetahuan hasil tindakan walaupun ia tidak dapat mengendalikannya.
Lebih sulit membuat keputusan dibawah ketidakpastian dibanding dibawah
kondisi bahaya. Di bawah ketidakpastian si pengambil keputusan tidak
memiliki dasar rasional terhadap pilihan satu strategi atas strategi lainnya.
Adapun dalam referensi lain pengambilan keputusan yang dipengaruhi oleh faktor-faktor personal.
- Kognisi, artinya kualitas dan kuantitas pengetahuan yang di miliki. Misalnya ; Kemampuan menalar, memiliki kemampuan berfikir secara logis, dll.
- Motif, suatu keadaan tekanan dalam diri individu yang mempengaruhi, memelihara dan mengarahkan prilaku menuju suatu sasaran.
- Sikap, Bagaimana keberanian kita dalam mengambil risiko kepututusan, pemilihan suasana emosi dan waktu yang tepat, mempertimbangkan konsekuensi yang mungkin terjadi.
sumber:
http://hendriansdiamond.blogspot.com/2012/01/choice-menurut-terry-1989-faktor-faktor.html
Implikasi Manajerial
Menurut kamus besar Bahasa Indonesia, kata Implikasi berarti akibat. Kata
Implikasi sendiri dapat merujuk ke beberapa aspek yaitu salah satunya
yang dibahas saat ini
adalah manajerial atau manajemen
Dalam manajemen terdapat 2 implikasi yaitu :
1. Implikasi prosedural meliputi tata cara analisis, pilihan representasi, perencanaan kerja dan formulasi kebijakan
2. implikasi kebijakan meliputi sifat substantif, perkiraan ke depan dan perumusan tindakan.
Teori Managerial Grid
Dalam manajemen terdapat 2 implikasi yaitu :
1. Implikasi prosedural meliputi tata cara analisis, pilihan representasi, perencanaan kerja dan formulasi kebijakan
2. implikasi kebijakan meliputi sifat substantif, perkiraan ke depan dan perumusan tindakan.
Teori Managerial Grid
Teori dikemukakan oleh
Robert K. Blake dan Jane S. Mouton yang membedakan dua dimensi dalam
kepemimpinan, yaitu “concern for people” dan “concern for production”. Pada
dasarnya teori managerial grid ini mengenal lima gaya kepemimpinan yang
didasarkan atas dua aspek tersebut, yaitu
Improvised artinya
pemimpin menggunakan usaha yang paling sedikit untuk menyelesaikan tugas
tertentu dan hal ini dianggap cukup untuk mempertahankan organisasi.
Country Club artinya
kepemimpinann didasarkan kepada hubungan informal antara individu artinya
perhatian akan kebutuhan individu dengan persahabatan dan menimbulkan suasana
organisasi dan tempo kerja yang nyaman dan ramah.
Team yaitu kepemimpinan
yang didasarkan bahwa keberhasilan suatu organisasi tergantung kepada hasil
kerja sejumlah individu yang penuh dengan pengabdian dan komitmen. Tekanan
untama terletak pada kepemimpinan kelompok yang satu sama lain saling
memerlukan. Dasar dari kepemimpinan kelompok ini adalah kepercayaan dan
penghargaan.
Task artinya pemimpin
memandang efisiensi kerja sebagai factor utama keberhasilan organisasi.
Penampilan terletak pada penampilan individu dalam organisasi.
Midle Road artinya
kepemimpinan yang menekankan pada tingkat keseimbangan antara tugas dan
hubungan manusiawi , dengan kata lain kinerja organisasi yang mencukupi
dimungkinkan melalui penyeimbangan kebutuhan untuk bekerja dengan memelihara
moral individu pada tingkat yang memuaskan.
Implikasi Terhadap Sistem
Komunikasi Organisasi
Dalam teori manajerial
grid terdapat dua orientasi yang dijadikan ukuran yaitu berfokus pada manusia
dan pada tugas. Hal ini menunjukkan bahwa pentingnya hubungan antar individu
dalam menyelesaikan tugas yang diberikan kepada bawahan. Sebagai seorang
pemimpin, bertugas memberikan arahan serta bimbingan terhadap bawahannya,
sehingga mereka dapat mengerjakan pekerjaannya dengan baik. Implikasi teori ini
terhadap system komunikasi organisasi adalah bahwa teori ini memandang
pentingnya komunikasi dalam menjalankan kepemimpinan dengan lima gaya yang
berbeda dari para pemimpin. Adanya orientasi terhadap dua aspek tersebut
menunjukkan bahwa kepemimpinan dalam organisasi harus memperhatikan hubungan
antar individu satu dengan lainnya sebagai motivasi dalam mengerjakan tugas.
Pemimpin yang baik adalah pemimpin yang mampu terjun diberbagai kalangan baik
itu dengan para pimpinan lainnya, maupun dengan bawahan sebagai asset berharga
organisasi. Semua ini terjalin apbila pemimpin tersebut memiliki pendekatan
perilaku yang baik. Hal ini membutuhkan komunikasi yang efektif.
Menurut Blake dan Mouton,
gaya kepemimpinan team merupakan gaya kepemimpinan yang paling disukai.
Kepemimpinan gaya ini berdasarkan integrasi dari dua kepentingan yaitu
pekerjaan dan manusia. Pada umumnya, kepemimpinan gaya team berasumsi bahwa
orang akan menghasilkan sesuatu apabila mereka memperoleh kesempatan untuk
melakukan pekerjaan yang berarti. Selain itu, dalam kepemimpinan gaya team
terdapat kesepkatan untuk melibatkan anggota organisasi dalam pengambilan
keputusan dengan maksud mempergunakan kemampuan mereka untuk memperoleh hasil
yang terbaik yang mungkin dapat Teori X dan Y
Teori ini dikemukakan oleh
Douglas Mc. Gregor (1967), yang memiliki pandangan berbeda mengenai manusia
yaitu pada dasarnya manusia bersifat negative (Teori X), dan bersifat positif
(Teori Y). Mc. Gregor menyimpulkan bahwa pandangan seorang manajer tentang
sifat manusia didasarkan pada pengelompkkkan asumsi tertentu dan manajer
tersebut cenderung membentuk perilakunya terhadap bawahan sesuai dengan asumsi
tersebut. Dalam teori X, terdapat empat asumsi, diantaranya :
Bawahan tidak suka bekerja
dan bilamana mungkin, akan berusaha menghindarinya
Karena bawahan tidak suka
bekerja, mereka harus dipaksa, dikendalikan, atau diancam dengan hukuman
Bawahan akan mengellakkan
tanggung jawab dan sedapat mungkin hanya mengikuti perintah formal
Kebanyakan bawahan
mengutamakan rasa aman (agar tidak ada alasan untuk dipecat) dan hanya
menunjukkan sedikit ambisi
Sedangkan, dalam teori X
diasumsikan bahwa :
Bawahan memandang bahwa
pekerjaan sama alamiahnya dengan istirahat dan bermain
Seseorang yang memiliki
komitmen pada tujuan akan melakukan pengarahan dan pengendalian diri
Seseorang yang biasa-biasa
saja dapat belajar untuk menerima, bahkan mencari tanggung jawab
Kreativitas yaitu
kemampuan untuk membuat keputusan yang baik (pendelegasian wewenang dan
tanggung jawab)
Impilkasi Terhadap Sistem
Komunikasi Organisasi
Teori ini memusatkan
bagaimana seorang pemimpin memotivasi orang-orang dengan tipe X dan Y sehingga
mampu berkontribusi dalam organisasi. Tipe X yang cenderung malas bekerja dan
menyukai diperintah, mungkin akan membuthkan saluran komunikasi yang formal,
dimana pemimpin menginstruksikan berbagai perintah secara formal. Berbeda
dengan tipe Y, antara pemimpin dengan bawahan akan lebih sering berkomunikasi
secara informal atau partisipatif. Hal ini dilakukan karena kedua belah pihak
sudah saling memahami dan bawahan memiliki pengalaman yang sudah baik.
Motivasi yang diberikan
kepada tipe X, mungkin akan cenderung dengan oemberian hukuman yang tegas,
sehingag berbagai peraturan tertulis sebagai media komunikasi akan sangat
dibutuhkan. Sedangkan untuk tipe X, komunikasi akan sangat mempengaruhi karena
motivasi yang diberikan lebih cenderung kepada aktualisasi diri untuk
berpartisipasi dalam pengambilan keputusan atau kebijakan dalam organisasi.